Selasa, 24 November 2009


THE POWER OF READING

(Oleh : Eko Harianto, S.Sos.I.*)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

(QS. Al-'Alaq: 1-5)

Hakikat Membaca

Itulah arti dari surat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. yang dimulai dengan kalimat yang sangat agung. Kalimat yang mengandung kunci perbaikan bagi segenap manusia walaupun berbeda masa dan berlainan tempatnya. Kalimat tersebut adalah: “Iqra”, bacalah. Maka, barang siapa yang menghendaki kesuksesan, kesucian, dan perbaikan, maka tidak ada jalan lain kecuali dengan dua wahyu, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah, baik secara bacaan, hafalan maupun pembelajaran. Membaca akan menjadi kunci pengetahuan, kunci pembuka atas segala hal yang tersingkap di dunia. Meskipun membaca dapat diterjemahkan ke dalam berbagai macam aspek yang tertulis, namun yang terdapat di alam tentunya harus kita baca juga.

Kegiatan membaca bukanlah sesuatu yang baru dalam kehidupan kita. Dengan membaca membuat kehidupan manusia semakin berubah lebih cepat, tidak menentu dan hidup semakin kompetitif. Membaca adalah alternatif yang terbaik untuk mendapatkan informasi sebagai model belajar dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, membaca juga merupakan model pembelajaran (learning model) yang paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran seseorang dari yang belum tahu menjadi tahu.

Pada dasarnya wasilah yang utama untuk memperbaiki jiwa, mensucikan hati dan menjaganya dari berbagai kemelut dan terapinya adalah ilmu. Sedangkan wasilah pertama untuk mendapatkan ilmu adalah dengan membaca dan tersedianya kitab-kitab atau buku-buku. Oleh karena itu, kita akan mendapatkan bahwa ketika Allah menghendaki hidayah bagi makhluk-Nya dan mengeluarkannya dari kegelapan menuju cahaya, maka Dia menurunkan kitab pada mereka untuk dibaca.

Selain itu, membaca sebagai pembuka ilmu pengetahuan, maka ilmu menjadi sangat penting untuk mencapai kesadaran puncak akan adanya Allah SWT. Ilmu adalah penyebab kebahagiaan umat yang dapat mengantarkannya pada zaman keemasan. Tiada kebangkitan tanpa adanya ilmu. Orang-orang kafir tidak menguasai dunia ini kecuali dengan ilmu, dan kita tidaklah terbelakang karena kebodohan. Maka ilmu dan kebodohan tidak akan pernah sejalan dan sejajar, sebagaimana firman Allah SWT: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)

Bahasa dan Membaca sebagai Pondasi Kekuatan

Untuk dapat membaca dengan baik, pembaca harus memahami sintaks dan semantik bahasa dan harus memiliki pengetahuan tentang abjad dan memiliki kesadaran tentang aspek-aspek tertentu dari struktur linguistik bahasa. Oleh karena itu, hubungan antara perkembangan bahasa, pengetahuan linguistik dan membaca merupakan aspek yang sangat dibutuhkan. Kesadaran linguistik, yaitu kemampuan untuk menelaah bahasa, akan menjadi fokus utama. Kesadaran linguistik juga sangat berkaitan dengan perkembangan membaca dalam bahasa yang alfabetik, dan karenanya merupakan hal yang sangat penting dalam pengajaran membaca.

Perkembangan membaca juga sangat tinggi korelasinya dengan ejaan dan kemampuan untuk menyandikan kata-kata dalam bentuk ortografiknya yang benar. Oleh karena itu, meskipun membaca merupakan kajian utama, akan tetapi bahasan tentang ejaan dan tulisan tidak dapat diabaikan. Dengan cara yang berbeda, membaca mempengaruhi menulis dan menulis mempengaruhi membaca. Ini berarti bahwa latihan mengeja dan menulis bermanfaat untuk perkembangan membaca dan sebaliknya. Tidak ada satu pun program pelatihan membaca yang dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi anak ketika belajar membaca dan menulis. Namun, program-program pelatihan membaca yang paling efektif mempunyai fitur-fitur tertentu yang sama. Pengajaran membaca yang formal perlu difokuskan pada perkembangan dua jenis penguasaan, yaitu pengenalan kata dan pemahaman.

Karena, membaca merupakan salah satu bentuk penyerapan ilmu pengetahuan. Coba saja bila kita membiasakan diri untuk membaca minimal 1 buku (100 halaman) satu hari, atau selama satu minggu. Maka seakan-akan kita merasakan mengenal banyak hal tentang isi dunia ini. Chan Sirdi pernah mengenalkan konsep tentang rapid reading, yaitu kemampuan memahami suatu tulisan hanya dengan membaca secara garis besar saja.

Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya manusia menyadari kemuliaan mencari ilmu, maka mereka akan mencarinya walau harus menumpahkan darah atau mengarungi dalamnya lautan.” (HR. Imam Ali Zainal Abidin)

Ada benarnya juga apa yang diuccapkan ilmuwan fisika Albert Einstein: “Ilmu tanpa iman akan buta, dan iman tanpa ilmu akan lumpuh”. Hal ini juga senada dengan hadis Rasulullah Muhammad saw.: “Orang yang beramal tanpa pengetahuan laksana orang yang berjalan bukan pada jalannya, maka kecepatan perjalanannya tidak berarti apa-apa, bahkan akan menambah jauhnya dari tujuan.” (HR. Imam Ja'far Shadiq-Tuhaf Al-'Uqul)

Ada sebuah cerita, tentang orang tua yang memberikan harta kepada anaknya sebagai modal untuk berdagang. Ia ingin mempersiapkan sang anak untuk masa depannya. Ketika anak tersebut keluar untuk berdagang, di tengah perjalanan ia melihat seekor musang yang sudah tidak dapat berjalan dan tidak dapat mencari makanan. Maka ia pun terperanjat dan merenung sejenak, “Dari mana musang ini akan mendapatkan makanan?” Tiba-tiba datanglah seekor harimau yang membawa hewan buruannya, lalu dimakannya sampai kenyang, dan sisanya dilemparkan ke arah musang, dan musang itupun memakannya. Sekali lagi orang tadi berpikir, “Mengapa aku harus bersusah payah? Bukankah Allah sudah menanggung rejeki setiap orang?” Maka ketika dia pulang, tidak membawa apa yang diinginkan ayahnya, dan menceritakan apa yang telah disaksikannya, sang ayah pun berkata, “Aku ingin agar kamu menjadi harimau yang dapat memberi makan musang dari jerih payahnya, bukan malah menjadi musang yang memakan dari sisa-sisa harimau”.

Demikianlah kedahsyatan dari membaca yang akan membuka ilmu dan cakrawala berpikir manusia secara maju. Perlu diingat, sepanjang sejarah Islam telah mewarisi pemikir-pemikir besar yang berilmu tinggi, serius, ikhlas, dan memberi kontribusi besar dalam perkembangan khazanah pemikiran dan keilmuan Islam, dan disebut sebagai tokoh pembaharu. Sebut saja misalkan, Umar ibn Abdul Aziz, Imam Syafi'i, Imam al-Ghazali, Ibn Taimiyah, dan masih banyak lagi. Tokoh-tokoh seperti merela menjadi seorang ilmuwan bukan dalam sekejap mata dan tiba-tiba. Akan tetapi melalu proses membaca dan penguasaan terhadap bahasa serta apa yang tersirat dan tersurat dalam Al-Qur'an, As-Sunnah, Kitab-kitab hasil pemikiran, dan alam sekitar. Intinya setiap manusia akan menjadi “pembaharu”, dan hal demikian merupakan etos longlife education.

*Pengasuh acara Mamaku Mamamu di RRI Pro 2 Jogja

Kamis, 19 November 2009


Syair Cinta islami
Wahai, Apakah itu Cinta?

Aku memandang nyalang, pada manusia lalu lalang
Kulihat, tanpa sedikitpun segan, mereka menggamitkan jemari tangan
Kata cinta menguar di angkasa, menghayutkan gemawan mega
Mangaburkan keindahan bintang gemintang, panji dan agungnya bentara
Namun di sini, berdiri aku dalam keraguan

Tak mengerti dan terus bertanya :
Apakah segalon cinta lebih manis ketimbang sececap cita?
Dan apakah bahagia terwujudi harus dengan dimiliki?
Dan apakah seorang pangeran hanya dapat menjadi raja,
Pabila mempersandingkan permaisuri di sisinya?

Dan tanya itu menggiringku masuk ke dalam labirin tua
Lorong pekat penuh lembap yang dindingnya berkeropeng dusta
Penuh tipu daya, tiap simpangannya menyesatkan pengelana
Aku ikuti setitik cahya, dan kulihat jawab di ujungnya

Aku bertanya lantang, “Wahai, apakah itu cinta?”
Kulihat sepasang muda-mudi bergelayutan mesra
Sang gadis tertawa mengikik, sang pemuda menggeliat laknat
Sahutnya, cinta adalah hari ini
Yang tergantikan segera oleh hari esok
Dia adalah kesenangan yang berkelindan selalu
Birahi yang terpuaskan, nikmat yang berseliweran
Aku tercenung, dan terus termenung
Jika cinta adalah pesta pora, lalu apa arti cerita Majnun
Cinta baginya adalah kisaran derita
Tetapi Majnun hanya tahu itu cinta, walau dia buta
Oh, betapa takdir cintanya berakhir nestapa

Aku berpaling dari mereka yang mencemooh nakal
Lalu aku pergi menuju ujung lain lorong teka-teki
Kuikuti suara-suara merdu, tawa, dan musik syahdu
Walau gelap pekat, suara itu menuntunku pasti
Dan akhirnya kulihat panggung megah berdiri kokoh
Dipenuhi penyair dan pujangga sepanjang masa

Dadaku serasa bergolak, aku menyeruak dan berteriak, “Wahai apakah itu cinta?”
Seorang pujangga menoleh, berdiri, dan menjawab panggilanku lalu mulai bersyair,
Cinta adalah roman tanpa batas
Inspirasi yang takkan mati; Api yang takkan padam
Yang geloranya membuatmu remuk redam
Tapi, bagai kecanduan, kau akan terus menyesapnya
Membuatmu merasa terbang menuju menuju mentari yang menyala perkasa
Sekali lagi, keraguan menyelinap dan membisik
Mestikah begitu, sebab kulihat nyala sangat redup
Menyambangi jalinan pernikahan yang suci
Gairah sejoli telah berakhir, tapi tidak memupus ikatannya
Tapi mereka masih menyebutnya cinta
Walau madunya telah habis, Sang kumbang masih hinggap di atas kembang

Aku melengos tak puas, dan berjalan tak tahu ke mana
Kususuri lorong berliku, begitu panjang jalanan, begitu terjal undakan
Dan pada satu tangganya, kulihat seorang pengemis renta mengharap derma
Dia berkata, “berikanlah milikmu yang terbaik, dan kusampaikan kebijaksanaanku”
Aku sebenarnya tak ingin percaya, tapi kakiku terlalu letih mencari jawab
Kuulurkan sebongkah batu mirah sembari bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”

Si pengemis diam dalam takzim, dan menjawab,
Cinta adalah menghamba tanpa bertanya
Ketaatan tanpa memerlukan jawaban
Kau memuja, dan menjadikan dirimu budak dengan sukarela
Kata-kata cinta adalah perintah yang tiada terbantah
Aku terpekur dan tak henti berpikir
Jika cinta merupakan penghambaan, lalu apa arti cinta Ilahi?
Dia yang menurunkan hujan, dan lebih agung dari apapun jua
Dia yang memberikan rizki kepada orang paling durjana sekalipun
Dia yang mencintai makhluk-Nya, dan tak memerlukan apapun dari makhluk-Nya

Aku merasa rugi atas permata yang terbuang percuma
Ini bukanlah kebijaksanaan; melainkan kedunguan!
Cinta si pengemis selamanya menjadikan dirinya pengemis
Yang mengiba, meminta, dan mengharap sejumput kasih
Jika ini dinamakan cinta, maka terkutuklah kata cinta!
Aku muak atas pencarian ini, lalu memutuskan keluar
Labirin tua tak lagi mengurungku, dan bau laut seakan memanggilku
Ini adalah aroma kebebasan yang menarik para pemberani
Dan seperti cerita lama, aku berlayar menuju samudera berombak, –sendiri
Angin kencang membantu lajuku, dan kapalku menuju horizon di tapal batas
Mencari dunia baru untuk ditaklukkan
Di ujung dek aku berteriak penuh kegembiraan
Walau kegembiraan itu kadang dibayar oleh rasa hampa di tengah lautan
Oh, tahun-tahun berselang; musim-musim berganti datang
Waktu-penuh-kenangan yang berkandung duka dan suka
Namun, pada suatu hari yang mengejutkan
Badai datang menenggelamkan apa yang tersisa
Aku lihat puing-puing yang karam, dan onggokan
Sementara aku hanyut ditemani tongkang yang terombang-ambing
Entah mengantarkanku ke mana

Di suatu tempat, saat aku membuka mataku
Aku rasai pasir lembut yang harum baunya
Dan riak ombak bermain-main di sekujur tubuhku
Apakah ini tanah orang- orang mati, ataukah aku masih hidup?
Oh, betapa hausnya aku…seteguk air akan mengobatiku
Dan, aku lihat sesosok datang mendekat
Sorot matanya menatapku lekat
Lalu menuangkan seteguk air pada bibirku yang kekeringan sangat
Pandanganku terasa kabur, dan dunia terasa berputar begitu cepat
Aku berharap dia adalah malaikat tak bersayap yang memberikan jawab
Aku merasa maut sebentar lagi menjemput,
Jadi tak ada salahnya bertanya, toh rasa malu akan terbawa lalu
Setelah sekian lama, sekali lagi aku bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”

Dia termangu,dan hanya tersenyum
Untuk menenangkan jiwaku yang sekarat, dia menatapku lembut
Dan kata-kata bagai menetes dari mulutnya
Kata-kata serasa madu yang manisnya teringat selalu, Jawabnya :
Cinta bukanlah benda untuk dimiliki
Tetapi tindakan untuk diperjuangkan
Cinta adalah kebaikan tanpa imbalan
Pernahkah mentari bertanya padamu atas sinarnya yang terang
Dan pernahkah pepohonan meminta jawaban atas keteduhannya
Jika kau memberikan segelas air pada orang asing,
Dan dia tak berhutang padamu apapun
Itulah cinta.
Bagaikan petani, kau menanam benihnya
Lalu orang lain memakan buahnya, menghilangkan rasa laparnya
Tetap ingatlah, cinta adalah pilihan hatimu
Bukan keterpaksaan dari rasa takut
Sebab cinta tidak pernah membuatmu merasa kehilangan
Dia terus membuat hatimu merasa kaya
Namun, sungguh dunia telah tercerai berai,
Dan manusia menjadi tersesat oleh makna cinta
Tergelincir keserakahan, cinta menjadi memabukkan
Untuk memiliki, bukannya memberikan
Untuk menguasai, bukannya mengasihi
Jika cinta tinggallah nafsu diri belaka
Yang tersisa hanyalah kerusakan semata
Tiada peduli sesama; Semuanya mengagungkan diri jua
Orang menamakannya cinta; tapi itu hanyalah dusta

Hari itu, aku tahu
Bahwa perjalananku bukannya berakhir,
Tetapi baru saja dimulai

Lalu aku mengatup mata
Dan mulai mendoa
Untuk satu pilihan kata di hati.

Senin, 16 November 2009

Mendamba Pemimpin Sejati PDF Print E-mail
Written by Redaksi
senin,

Jika dulu, para sahabat Radhiyallahu 'Anhu sangat takut untuk dipilih menjadi seorang pemimpin, maka sekarang, ada banyak orang berlomba-lomba menjadi pemimpin. Semua mengaku terbaik!

Benar sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ketika beliau menyampaikan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:

"Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan.” (HR. Al-Bukhari).

Memilih pemimpin bukanlah perkara sepele, sebab kandidat yang terpilih itulah yang akan membawa label pemimpin rakyat untuk membuat dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang menentukan nasib jutaan jiwa umat. Suka tidak suka, kandidat yang terpilih itulah yang kemudian akan menorehkan tinta sejarah di negeri ini. Meskipun torehan itu masih tanda tanya besar, apakah akan menjadi tinta emas yang senantiasa dikenang atau tinta hitam yang senantiasa diratapi. Mampukah ia menjadi pemimpin sejati, atau justru menjadi pemimpin yang menghianati amanat rakyat.
Pemimpin merupakan lambang kekuatan, keutuhan, kedisiplinan dan persatuan. Namun harus kita sadari juga bahwa pemimpin bukanlah hanya sekadar lambang. Karena itu, ia memerlukan kompetensi, kelayakan dan aktivitas yang prima untuk memimpin bawahannya.
Melihat esensi kepemimpinan, sebagai seorang Muslim, tentu tidak bisa sembarangan dalam memilih pemimpin. Jangan sampai perilaku “memilih kucing dalam karung” menghantui kita.

PERAN SEORANG PEMIMPIN

Menurut perspektif Islam ada dua peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin:

1. Pelayan (khadim)
Pemimpin adalah pelayan bagi pengikutnya. Seorang pemimpin yang dimuliakan orang lain, belum tentu hal tersebut sebagai tanda kemuliaan. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dan menjadi pelayan bagi kaumnya.
Seorang pemimpin sejati, mampu meningkatkan kemampuan dirinya untuk memuliakan orang-orang yang dipimpinnya. Dia menafkahkan lebih banyak, dia bekerja lebih keras, dia berpikir lebih kuat, lebih lama dan lebih mendalam dibanding orang yang dipimpinnya.
Demikianlah pemimpin sejati yang dicontohkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Bukan sebaliknya, pemimpin yang selalu ingin dilayani, selalu ingin mendapatkan dan mengambil sesuatu dari orang-orang yang dipimpinnya.

2. Pemandu (muwajjih)
Pemimpin adalah pemandu yang memberikan arahan pada pengikutnya untuk menunjukkan jalan yang terbaik agar selamat sampai di tujuan tentu saja itu baru tercapai dengan sempurna jika di bawah naungan syariat Islam.

KARAKTERISTIK PEMIMPIN DALAM ISLAM

Perlu disadari, dalam memilih pemimpin ada tanggung jawab yang akan dipikul di hadapan Allah terhadap pilihan kita. Di sinilah pentingnya seorang pemilih mengenal calon pemimpinnya. Agar bisa mengetahui kesesuaiannya dengan karakter pemimpin ideal yang diatur oleh Islam. Kalau ternyata sesuai, maka jangan sungkan memberikan suara.
Di antara karakteristik pemimpin dalam Islam, yaitu:

1. Jujur
Pemimpin Islam haruslah jujur kepada dirinya sendiri dan pengikutnya. Seorang pemimpin yang jujur akan menjadi contoh terbaik. Pemimpin yang perkataan dengan perbuatannya senantiasa sejalan.

2. Kompeten
Kompotensi dalam bidangnya mutlak dimiliki oleh seorang pemimpin Islam. Orang akan mengikuti seseorang jika ia benar-benar meyakini bahwa orang yang diikutinya benar-benar tahu apa yang sedang diperbuatnya.

3. Inspiratif
Seorang pengikut akan merasakan 'aman' jika pemimpinnya membawanya pada rasa nyaman dan menimbulkan rasa optimis seburuk apa pun situasi yang sedang dihadapi.

4. Sabar
Pemimpin Islam haruslah sabar dalam menghadapi segala macam persoalan dan keterbatasan, serta tidak bertindak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.

5. Rendah hati
Seorang pemimpin Islam hendaklah memiliki sikap rendah hati. Tidak suka menampakkan kelebihannya (riya) serta tidak merendahkan orang lain.

6. Musyawarah
Dalam menghadapi setiap persoalan, seorang pemimpin Islam haruslah menempuh jalan musyawarah serta tidak menentukan keputusan sendiri.
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa'di—rahimahullah—mengatakan, "Jika Allah mengatakan kepada Rasul-Nya—padahal beliau adalah orang yang paling sempurna akalnya, paling banyak ilmunya dan paling banyak idenya, "Maka bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159). Maka bagaimana dengan yang selain beliau?"

7. Mampu berkomunikasi dengan rakyatnya
Kapasitas ilmiah serta empati dan rasa sensitivitas yang baik akan mereka yang dipimpinnya, pada akhirnya akan melahirkan seorang pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada rakyatnya. Komunikasi yang baik kepada rakyatnya bukanlah sekadar kemampuan retorika yang baik, tetapi juga kemampuan memilih hal yang akan dilempar kepada publik serta timing yang tepat dalam melemparkannya. Kematangan seorang pemimpin akan membuatnya mampu berkomunikasi yang jauh dari sikap emosional. Dan yang terpenting dari semua itu adalah sang pemimpin akhirnya mampu mengambil sebuah kebijakan yang tepat dalam sebuah kondisi yang memang dibutuhkan oleh rakyat yang dipimpinnya.

RAHASIA KEKUATAN PEMIMPIN


1. Kekuatan iman, ilmu, dan wawasan yang luas
Seluruh nabi dan rasul memimpin dengan kekuatan iman dan ilmu. Nabi Sulaiman Alaihissalam memerintah hampir seluruh makhluk (seperti jin, binatang, angin) dengan ilmu dan keimanan yang kuat. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan ilmu dan keimanan yang kuat. Dengan ilmu dan iman seorang pemimpin sanggup memimpin dirinya (seperti memimpin matanya, hatinya, lidahnya, pikiran dan hawa nafsunya) sebelum memimpin orang lain.

2. Ibadah dan taqarrub kepada Allah.
Ibadah dan banyak bertaqarrub kepada Allah, dapat melahirkan kewibaan, ketawadhuan, kesabaran, optimisme, dan tawakkal. Ibadah dan taqarrub juga akan melahirkan kekuatan ruhaniyah yang dahsyat.

3. Keteladanan.
Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajak jihad, beliau bertempur paling depan, bersedekah paling ringan dan hidup paling bersahaja. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallammenyuruh bertahajud, beliaulah yang kakinya bengkak karena banyak bertahajjud. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menghimbau umatnya untuk berhias dengan akhlak mulia, beliaulah manusia yang paling mulia akhlaknya.

KARAKTERISTIK PENGIKUT DALAM ISLAM

1. Taat
Seorang pengikut harus patuh kepada pemimpin. Setelah pemimpin dipilih lewat jalan musyawarah maka wajib bagi pengikutnya (yang menang dan yang kalah untuk taat kepadanya, kecuali sang pemimpin telah melanggar ketentuan Allah dan membuat kerusakan).

2. Dinamis dan kritis
Seorang pengikut harus dinamis dan kritis dalam mengikuti kepemimpinan seseorang. Islam tidak mengajarkan suatu ketundukan buta atau sekadar ikut-ikutan.

PENUTUP
Bagi pemimpin dan calon pemimpin masa depan, amanah yang Anda emban bukanlah suatu kemegahan dan kebanggaan. Bahkan demi mengingat beratnya beban amanah, Khalifah Umar bin Khaththab memberikan sebuah ungkapan, "Saya sudah cukup senang jika dapat keluar dari dunia ini dengan impas; tidak mendapat dosa dan tidak pula mendapat pahala."

Maka jadikanlah janji Allah memasukan pemimpin yang adil dalam surga-Nya sebagai sumber energi hidup Anda.

Dan bagi yang akan memberikan pilihan dan selanjutnya akan dipimpin, marilah kita sadari bahwa kesempatan kita hanya sekali untuk melakukan pilihan dengan tepat. Setelah itu, kemampuan kita dalam menentukan arah kepemimpinan tidak sekuat di saat kita memilih. Setidaknya, kita telah berusaha melakukannya. Dan yang pasti, pilihan kita akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhaanahu Wata'ala.

Karena itu, akan senantiasa dibutuhkan seorang Muslim yang mampu menentukan pilihannya secara cerdas dan tepat.
Wallahu Waliyyut Taufiq
Dari berbagai sumber (Al Fikrah No.11 Tahun X/08 Rabiul Akhir 1430 H) - www.wahdah.or.id


Keutamaan Bulan SYABAN PDF Print E-mail
Written by Redaksi2
Friday, 14 August 2009 07:26

Tatkala Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- melihat perhatian manusia terhadap bulan Rajab pada masa jahiliyah, mereka sangat mengagungkan dan melebihkan atas seluruh bulan, dan tatkala beliau melihat kaum muslimin berambisi untuk mengagungkan bulan al-Qur`an (Ramadhan), maka beliau -Shalallahu alaihi wa salam- berkeinginan untuk menjelaskan kepada mereka keutamaan bulan-bulan dan hari-hari yang lain.

Telah diriwayatkan dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)

Minggu, 15 November 2009

The Power of Ayat Kursi
( Eko Harianto, S.Sos.I* )

  • Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci dan petunjuk yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. bagi seluruh manusia. Ia berbicara kepada rasio dan kesadaran manusia, serta mengajarkan kepada manusia aqidah tauhid. Al-Qur’an juga sebagai perantara untuk membersihkan diri manusia dengan berbagai praktek ibadah, dan menunjukkan kepadanya dimana letak kebaikan dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatan. Selanjutnya, al-Qur’an juga menunjukkan kepada manusia jalan terbaik guna merealisasikan diri, mengembangkan kepribadian, dan mengantarkan pada jenjang kesempurnaan insani agar dengan demikian dapat merealisasikan kebahagiaan bagi dirinya, baik di dunia maupun akhirat.
  • Semua surah dalam al-Qur’an menyimpan banyak misteri, keajaiban dan kedahsyatan masing-masing. Salah satu surat yang di dalamnya menyimpan kedahsyatan ialah surat al-Baqarah ayat 255, atau yang lebih dikenal dengan sebutan ayat kursi.
  • Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. dari Anas bin Malik r.a., “Apabila seseorang dari umatku membaca ayat Kursi 12 kali, kemudian dia berwudhu dan mengerjakan shalat subuh, niscaya Allah akan menjaganya dari kejahatan setan dan derajatnya sama dengan orang yang membaca seluruh al-Qur’an sebanyak tiga kali, dan pada hari kiamat ia akan diberi mahkota dari cahaya yang menyinari semua penghuni dunia.”
  • Berkata Anas bin Malik, “Ya Rasulullah, apakah hendak dibaca setiap hari?” Sabda Rasulullah saw., “Tidak, cukuplah membacanya pada setiap hari Jum’at”. Umat-umat dahulu hanya sedikit yang mempercayai rasul-rasul mereka dan itu pun apabila mereka melihat mukjizat secara langsung. Kita sebagai umat Islam tidak boleh ragu-ragu tentang apa yang diterangkan oleh Allah dan Rasul. Janganlah kita ragu-ragu tentang al-Qur’an, hadis dan sunnah Rasul kita. Janganlah kita menjadi seperti umat yang terdahulu yang mana mereka itu lebih suka banyak bertanya dan hendak melihat bukti-bukti terlebih dahulu sebelum mereka beriman.
  • Setiap satu yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. kepada kita adalah untuk kebaikan kita sendiri. Rasulullah saw. menyuruh kita mengamalkan membaca ayat Kursi. Kehebatan ayat ini telah diterangkan dalam banyak hadis. Kehebatan ayat Kursi ini adalah untuk kita juga, yakni untuk menangkis gangguan setan dan teman-temannya di samping itu kita juga diberi pahala.
  • Begitu juga dengan surah al-Falaq, surah Yasin dan banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai keistimewaannya. Setiap isi al-Qur’an itu mempunyai kelebihan yang tersendiri. Oleh karena itu jangan ada sedikit pun dalam umat Islam keraguan tentang ayat-ayat al-Qur’an, hadis Nabi dan sunnah Rasulullah saw. Adanya keraguan dan was-was itu datangnya dari setan.
  • *Pengasuh program Mamaku Mamamu di RRI Pro 2 Jogja

Sabtu, 14 November 2009

mulai zaman ini dgn kebajikan